Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

AKIBAT TRI GUNA dan DASA MALA

  1. Pengertian Triguna

Triguna terdiri dari 2 kata yakni

"Tri" yang artinya tiga (3)

"Guna" yang artinya sifat

Jadi, Triguna artinya tiga sifat yang mempengaruhi kehidupan manusia. Antara sifat yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dan membentuk watak seseorang. Apalagi diantara ketiga sifat-sifat tersebut terjalin dengan harmonis, maka seseorang akan dapat mengendalikan pikirannya dengan baik. Akan tetapi, hubungan antara ketiga sifat itu akan terus bergerak bagaikan roda kereta yang sedang berputar silih berganti, saling ingin menguasai sifat yang lain, selama manusia hidup.


 

  1. Bagian – Bagian Triguna
    1. Sifat Sattwa atau Sattwam

      Sifat sattwa atau sattwam yakni sifat tenang, suci, bijaksana, cerdas, terang, tentram, waspada, disiplin, ringan dan sifat-sifat baik lainnya.

    2. Sifat Rajah atau Rajas

      Sifat rajah atau rajas yakni sifat lincah, gesit, goncang, tergesa-gesa bimbang, dinamis, irihati, congkak, kasar, bengis, panas hati, cepat tersinggung, angkuh dan bernafsu.

    1. Sifat Tamah atau Tamas

      Sifat tamah atau tamas yakni sifat paling tidak sadar, bodoh, gelap, sifat pengantuk, gugup, malas, kumal dan kadang-kadang suka berbohong.


       

  2. Pengaruh Triguna pada Kehidupan Pribadi Seseorang
    1. Orang yang dikuasai oleh sifat sattwam biasanya berwatak tenang, waspada, dan berhati yang damai serta welas asih. Kalau mengambil keputusan akan ditimbang terlebih dahulu secara matang, kemudian barulah dilaksanakannya. Segala pikiran, perkataan, dan perilakunya mencerminkan kebijaksanaan dan kebajikan. Seperti tindakan Sang Yudistira dan Sang Krishna dalam cerita Mahabharata, dan tindakan Sang Rama dan Wibhisana dalam cerita Ramayana.
    2. Orang yang dikuasai oleh sifat rajah biasanya selalu gelisah, keinginannya bergerak cepat, mudah marah dan keras hati. Orangnya suka pamer, senang terhadap yang memujinya dan benci terhadap yang merendahkannya. Yang baik pada sifat rajah itu adalah sifat giat bekerja dan disiplin.
      1. Orang yang dikuasai sifat tamah biasanya berpikir, berkata, dan berbuat sangat lamban. Kadang-kadang enggan, malas, suka tidur, rakus, dan dungu. Besar birahinya, keras keinginannya, serta suka tidur campur dengan anak dan istrinya.
  3. Pengertian Dasa Mala

Dasa mala merupakan salah satu bentuk dan dari asubha karma. Dasamala merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu bentuk perbuatan yang bertentangan dengan susila, yang cenderung pada kejahatan. Dosa bersumber dari kebingungan yang membangkitkan sifat rajah dan tamas.

  1. Bagian-bagian Dasa Mala
    1. Tandri, artinya orang yang malas, suka makan, dan tidur saja. Tidak tulus hanya ingin melakukan kejahatan.
    2. Kleda, artinya berputus asa, suka menunda dan tidak mau memahami maksud orang lain.
    3. Leja, artinya berpikir gelap, bernafsu besar, dan gembira melakukan kejahatan.
    4. Kutila, artinya menyakiti orang lain, pemabuk dan penipu.
    5. Kuhaka, artinya pemarah, suka mencari-mencari kesalahan orang lain, berkata sembarangan, dan keras kepala.
    6. Metraya, artinya berkata menyakiti hati, sombong, iri, dan suka menggoda istri orang.
    7. Megata, artinya berbuat jahat, berkata yang manis tetapi pamrih.
    8. Ragastri, artinya bernafsu dan suka memperkosa.
    9. Bhaksa Bhuana, artinya suka menyakiti orang lain, penipu dan hidup berfoya-foya melewati batas.
    10. Kimburu, artinya penipu dan pencuri terhadap siapa saja tak pandang bulu, pendengki dan irihati.
  2. Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Pribadi Manusia

Di zaman kaliyuga ini kelihatan dasa mala tumbuh dengan suburnya di hati manusia. Hal ini bisa kita lihat dalam masyarakat begitu banyaknya kejahatan-kejahatan yang terjadi. Seperti kasus Bom bali yang terjadi di Kuta, pada tanggal 12 oktober 2002. Para terdakwa dengan penuh senyum dan tawa bangga dapat melakukan perbuatan tersebut, sedikitpun tidak memperlihatkan rasa penyesalan atas peristiwa yang menelan ratusan korban jiwa. Belum genap setahun tragedy bom kuta, terjadi lagi peristiwa yang menggegerkan kota Jakarta dengan terjadinya tragedy bom di Hotel JW Marriot, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 2003. Ini menunjukan bahwa orang seperti itu sudah diliputi oleh dasa mala terutama Leja (pikiran gelap, bernafsu besar dan gembira melakukan kejahatan).

Di Era reformasi ini, orang mulai bebas berbicara, sering berkata sembarangan, saling mencaci maki, memfitnah yang dapat menimbulkan akibat sangat fatal, seperti rumah dibakar dan terbunuhnya orang lain. Tidak jarang ada pula orang yang berkata manis namun hatinya sepahit empedu, apa yang dikatakan bohong belaka. Kata manis yang diucapkan hanyalah sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok. Akibat dari keterlibatan diri terhadap benda-benda duniawi, banyak orang mulai menghalalkan segala cara untuk memuaskan dirinya seperti melakukan penipuan, pemerasan dan perampokan. Hasil kejahatan tersebut tidak jarang digunakan untuk berfoya-foya, mabuk-mabukan, membeli narkotika dan kemudian melakukan pemerkosaan.

Pelanggaran hak asasi manusia sering kali terjadi, orang tidak lagi menghormati orang lain, banyak siswa tidak lagi hormat kepada guru, dan banyak anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya. Pelecehan seksual sering terjadi, bahkan orang tua memperkosa anaknya sendiri. Berita televisi setiap hari menayangkan orang-orang terlibat tindak kriminal, seperti perampokan, pemerkosaan, lebih-lebih yang terlibat perdagangan narkotika yang sulit diselesaikansepertinya patah satu tumbuh seribu. Pembunuhan terjadi dimana-mana, sepertinya sudah menjadi pemandangan yang biasa. HAM sudah tidak dihargai lagi bahkan sering diinjak-injak. Banyak manusia tidak lagi memikirkan etika, sopan santun, dan tata karma. Di zaman kaliyuga ini artha diagung-agungkan, seolah-olah artha menduduki tingkat pertama dan merupakan segala-galanya.